Rabu, 10 Juli 2013

Darmawan Denassa Pendiri Perpustakaan Denassa

Perpusatakaan DenassaDarmawan Denassa lebih akrab disapa Denassa, menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Negeri Limbung pada tahun 1995, setelah menempuh pendidikan selama tiga tahun di sekolah yang terletak di kecamatan Bajeng, kabupaten Gowa ini ia ingin melanjutkan pendidikan ke universitas. Tahun itu Denassa mendaftar di Universitas Hasanuddin (Unhas) jurusan manajemen dan akuntansi tapi belum lulus, sehingga memiliki waktu luang hampir setahun penuh tanpa mengikuti pendidikan formal. Kesempatan itu digunakan untuk membenahi buku referensi dan catatan ketika mengikuti pendidikan di SMPN 1 Bontonompo dan SMEA.


Darmawan Denassa, pendiri Perpustakaan Denassa.
Buku catatan sekolah yang dirawatnya dengan baik, juga ikut dirapikan disusun dalam baris tersendiri.  Sejak tahun itu buku diberi label sederhana dan dipajang pada rak sederhana di dalam kamarnya. Buku-buku disusun sesuai jenisnya, dijejer rapi agar mudah ditemukan ketika ingin dibaca. Inilah cikal bakal Perpustakaan Denassa.

Denassa lahir dengan nama lengkap Darmawan Daeng Nassa, pada Rabu, 28 Juli 1976 di Borongtala, kampung tempatnya besar dan lokasi perpustakaan kini berada. Lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan  Mappa Daeng Beta dan Kasmawati Daeng Ngati. Denassa melewati masa kecilnya yang penuh kisah  di kampung ini.

Tahun 1996 Denassa diterima di Unhas pada Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra, menyelesaikan studi pada tahun 2002 dengan gelar Sarjana Sastra. Di Kampus Merah ia aktif di organisasi kemahasiswaan, di Tamalanrea inilah Denassa lebih giat mengumpulkan, membaca, dan menyimpan buku sebagai koleksi pribadi.

Mengecam pendidikan di fakultas sastra mendorong  Denassa mempelajari banyak literatur dan karya sastra, kegemarannya menulis semakin terasah dengan ilmu yang dipelajari di kelas. Ia lebih rajin menulis sajak, cerita, dan esai yang dipublikasikan di beberapa media lokal.

Dalam perjalanan selanjutnya, Denassa menjatuhkan pilihan untuk kembali ke kampung halaman pada tahun 2007 dengan banyak mimpi salah satunya menyelamatkan kekayaan hayati (plasma nutfah), Denassa kemudian mendirikan Rumah Hijau Denassa yang lebih luas dikenal dengan sebutan RHD. Ia kemudian semakin intens mengumpulkan literatur tentang lingkungan hidup. Semua literatur ini kini menjadi bagian dari koleksi di Perpustakaan Denassa.

Saat ini Denassa masih menyelesaikan bukunya tentang Sosiologi, Ekonomi, dan Kultual Tanaman kisah dibalik tanaman yang ada di Sulawesi khususnya dalam kultur Bugis-Makassar. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar